Saturday, March 18, 2006

Hauga Bözi ? - Menyatakan / Menaksir Waktu di Nias Zaman Dahulu

Sampai sekitar 30 tahun lalu, ketika jam dinding atau jam tangan (aralozi / tandra luo) belum begitu dikenal, masyarakat Nias di desa-desa masih mengandalkan cara-cara “pragmatis” untuk menyatakan atau menaksir waktu sepanjang hari.

Jam 12.00 malam atau tengah malam disebut talu mbongi. Jam 03.00 dikaitkan dengan waktu biasanya ayam jantan berkokok untuk pertama kalinya: miwo manu siföföna, demikian juga jam 04.00, waktu ayam berkokok untuk kedua kalinya – miwo manu si mendrua.

Jam 05.00 biasanya ditandai dengan kokok ayam yang beruntun dan bersahutan (miwo manu si fadoro). Jam 05.00 pagi adalah juga waktu para penyadap aren (sogai akhe = samölö) pergi menyadap aren dan menampung niranya.

Afusi wali – waktu di mana pekarangan rumah mulai kelihatan (kelihatan “putih” bagi mata yang baru terbuka dari tidur sepanjang malam) – adalah sekitar jam 5.30 pagi.

Pada sekiatr jam 6.00 biasanya riwi-riwi (sejenis jangkrik, cicada - Tibicen canicularis) berbunyi - muhede riwi; pada sekitar pukul 08.00 embun biasanya sudah mengering (otufo namo) dari rerumputan atau daun-daunan pohon.

Pekerja (yang pergi mengambi kayu api, ke sawah, ladang atau ke kebun ubi) biasanya pulang jam 11.00 pagi untuk mempersiapkan (memasak) makanan keluarga untuk siang hari. Jadi waktu mangauwuli zimilo adalah sekitar jam 11 pagi.

Laluo adalah istilah Li Niha untuk menyatakan jam 12.00 (tengah hari). Matahari kelihatan “miring” ke utara – ahole yöu – pada sekitar jam 13.00, dan pada jam 15.00, matahari sudah kelihatan “tumbang” – aso’a yöu.

Pada jam 18.00 ayam (manu) kembali ke kandang, bertengger (manuge) di kandang untuk “beristirahat” – manuge manu.

Istilah Nias – terjemahan bebas Bahasa Indonesia

Waktu

(kira-kira)

Talu mbongi (tengah malam)

00

Miwo manu siföföna (ayam berkokok pertama kali)

03

Miwo manu si mendrua (ayam berkokok untuk kedua kalinya)

04

Miwo manu si fadoro (ayam berkokok beruntun dan bersahutan)

05

Möi zamölö (penyadap aren pergi menyadap)

05

Afusi wali (pekarangan rumah mulai kelihatan “putih”)

05

Muhede riwi ("jangkrik" berbunyi)

06

Otufo namo (embun mengering)

08

Mangawuli zimilo (pulang kerja)

11

Laluo (tengah hari)

12

Ahole yöu (matahari miring ke utara)

13

Aso’a yöu (matahari "tumbang" ke utara)

15

Manuge manu

18


Catatan: Pembaca dapat mengirim korksi, komentar atau masukan ke borokoa@yahoo.com